IEO Report – IEO 2025 National Seminar

Hari, tanggal : Senin, 2 December 2024
Waktu Pelaksanaan : 12.00-18.00 WIB
Tempat : Hybrid (Auditorium R. Soeria Atmadja dan siaran langsung Youtube Indonesia Economic Outlook)
Tema : Beyond the Ballot: Redefining Indonesia’s Prosperity Under the New Government


Kegiatan National Seminar Indonesia Economic Outlook 2025 telah dilaksanakan pada Senin, 2 Desember 2024. IEO National Seminar tahun ini mengusung tema “Beyond the Ballot: Redefining Indonesia’s Prosperity Under the New Government” dan menggandeng The World Bank selaku Official Knowledge Partner dan Mandiri OCE selaku Official Research Partner. Acara ini dilaksanakan di Auditorium R. Soeria Atmadja FEB UI serta disiarkan langsung di akun YouTube resmi Indonesia Economic Outlook FEB UI. National Seminar diawali dengan sambutan oleh Bapak Teguh Dartanto, Ph.D., sebagai Dekan FEB UI. Sambutan selanjutnya diberikan oleh Ariel Bhaskara Haposan Sihombing selaku Chairman Kanopi FEB UI. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemberian kata sambutan dari Aiko Putri Fauzi, selaku Chief Executive Officer dari IEO 2025, sekaligus menutup sesi pembukaan IEO ‘25 National Seminar.

Opening Remarks: Memanfaatkan Aset Indonesia untuk Meningkatkan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi

  • Pemerataan (economic equality) dengan gini coefficient yang tinggi 
  • Tatanan dunia yang berubah dari unipolar ke multipolar menyebabkan disrupsi di pasar. 
  • Masalah pada logistik antar pulau
  • Ketergantungan pada ekonomi informal
  • Ketergantungan pada ekspor batu bara dan kelapa sawit membuat ekonomi rentan terhadap fluktuasi harga di pasar dunia.
  • Tekanan lingkungan hidup seperti deforestasi, polusi udara, dan tambang 
  • Konflik internasional mempengaruhi supply chain dan harga domestik.
  • Kendala fiskal seperti defisit yang mengkhawatirkan dan kondisi yang terbatas untuk melakukan revenue generation baru. 

Strategi dan Target Pemerintah Baru

  • Target pertumbuhan ekonomi 8% melalui industrialisasi dan juga domestic consumption
  • New tax agency
  • Develop mineral processing industry EV supply chain, dan biofuels untuk bisa mencapai energy self-sufficiency
  • Menjanjikan lapangan pekerjaan melalui investasi di green energy, teknologi, dan pariwisata
  • Menurunkan angka kemiskinan 
  • Net zero emission pada tahun 2060 dan target sektor hutan mencapai nol emisi pada 2030
  • Dalam politik internasional, pemerintah fokus mempertahankan balance antara Amerika dan Cina 
  • Reformasi Ekspor dan FDI
  • Penanggulangan Korupsi

Hal-hal di atas menjadi tugas besar bagi Indonesia ke depan. Yenny turut menekankan pentingnya peran kita semua dalam mengawal program-program pemerintah agar berjalan sesuai rencana.


Keynote Session: Tantangan Global dan Kebijakan Strategis untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Acara dilanjutkan dengan Keynote National oleh Romi F. Peranginangin selaku Executive Analyst dari Bank Indonesia (BI). Romi menjelaskan tantangan ekonomi global, potensi domestik, serta kebijakan strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Lingkungan strategis ekonomi global saat ini menunjukkan lima hal penting yang menjadi perhatian Bank Indonesia:

  1. Ketidakpastian global terus meningkat, hal ini dipengaruhi oleh dinamika geopolitik, termasuk kebijakan “America First” dan konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina yang memperparah gangguan rantai pasok global
  2. Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan melambat dari 2,6% pada 2023 menjadi 2,3% pada 2025. 
  3. Inflasi global berisiko stabil di kisaran 5,8% pada 2025 akibat gangguan pasokan energi dan pangan. 
  4. Suku bunga tinggi di Amerika Serikat mendorong penguatan dolar AS. 
  5. Preferensi investasi global yang mengarah ke AS semakin terlihat. 


Untuk menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia telah menyiapkan sejumlah kebijakan strategis, di antaranya: 

  1. Pengembangan pasar uang dan valuta asing terus ditingkatkan. Volume transaksi Reverse Repo (RIPO) meningkat signifikan dari Rp10,9 triliun pada 2022 menjadi Rp14,9 triliun pada 2024.
  2. Diversifikasi transaksi menggunakan mata uang lokal (Local Currency Settlement) menjadi prioritas. 
  3. Pengendalian inflasi tetap menjadi fokus utama. Bank Indonesia akan mempertahankan kebijakan moneter yang responsif dan pre-emptive untuk memastikan inflasi berada di dalam target.

  • Pemulihan kecil dalam perekonomian AS 
  • Pemulihan Tiongkok yang lebih lambat dari perkiraan meskipun ada langkah-langkah stimulus.
  • Tingkat pertumbuhan global berada di kisaran 2.6% hingga 2.7%, jauh lebih rendah dari ekspektasi pasca-COVID.
  • Kawasan Asia Timur Pasifik, termasuk Indonesia, menunjukkan kinerja di atas rata-rata global, meski rapuh akibat risiko seperti ketegangan geopolitik, dan bencana iklim.

Di tengah ketidakpastian global, kondisi makroekonomi Indonesia tetap stabil berkat kebijakan fiskal dan moneter efektif. Terkait prospek ekonomi dan pertumbuhan ke depan, Mansour memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan tetap stabil dengan proyeksi PDB sekitar 5.1%. Selain itu, Mansour menekankan pentingnya reformasi struktural bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah dan mencapai Visi 2045. Untuk mempertahankan dan mempercepat pertumbuhan, Mansour menyarankan:

  • Meningkatkan Basis Pajak: Memperluas basis pajak Indonesia untuk mengurangi kesenjangan pajak (diperkirakan sebesar 6% dari PDB) tanpa membebani wajib pajak secara berlebihan.
  • Efisiensi Pasar: Melakukan reformasi untuk memastikan alokasi sumber daya yang efisien pada sektor, perusahaan, dan tenaga kerja yang produktif.
  • Mendorong Inovasi: Berinvestasi dalam sofistikasi bisnis, penelitian dan pengembangan, serta teknologi untuk mendorong inovasi dan daya saing.
  • Pendalaman Modal: Memperkuat sektor keuangan untuk menarik FDI dan meningkatkan pengembalian tenaga kerja serta modal.

Mansour menutup dengan menyoroti kemajuan signifikan Indonesia dalam reformasi dasar dan mendorong upaya lanjutan dalam melaksanakan reformasi generasi kedua.


Special Remarks: Strategi Pertumbuhan Berbasis Inovasi dan Diversifikasi Ekonomi untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Acara dilanjutkan dengan Special Remarks oleh Bambang Brodjonegoro selaku Penasehat Khusus Presiden Bidang Ekonomi. Ia menyoroti pentingnya mengadopsi strategi pertumbuhan berbasis inovasi, pembangunan sumber daya manusia, dan diversifikasi ekonomi. Ia juga memberikan perbandingan menarik antara Indonesia dan Korea Selatan yang memiliki sejarah serupa, tetapi hasil transformasi ekonomi yang berbeda. 

  • Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam satu dekade terakhir berada pada kisaran 5%. Pertumbuhan ini belum cukup untuk meningkatkan pendapatan per kapita secara signifikan menuju kategori negara maju.
  • Pada 1950-an, Korea Selatan memiliki kondisi ekonomi serupa dengan Indonesia dan berhasil mentransformasi perekonomiannya menjadi negara maju dalam waktu kurang dari 40 tahun. Keberhasilan ini dicapai melalui fokus pada pengembangan SDM, sektor manufaktur, dan investasi dalam penelitian serta pengembangan teknologi (R&D).
  • Sebaliknya, Indonesia baru mencapai kategori negara berpendapatan menengah pada akhir 1980-an, sekitar 15 tahun setelah Korea Selatan. Ketergantungan Indonesia pada sumber daya alam menjadi salah satu penyebab lambatnya transformasi ekonomi dibandingkan Korea Selatan.
  • Inovasi dan reformasi struktural merupakan kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 
  • Generasi muda harus mengambil peran sebagai inovator, pengambil kebijakan, dan pelaku usaha. Dengan keterlibatan aktif, visi Indonesia Emas 2045 dapat tercapai melalui transformasi ekonomi yang berkelanjutan.

Sectoral Session: Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia di Sektor Riil, Fiskal, dan Moneter

Setelah sesi Special Remarks, acara IEO ‘25 Seminar dilanjutkan dengan penayangan IEO Kaleidoskop yang dibuat dengan berkolaborasi dengan Mandiri Institute selaku Official research partner IEO’25 National Seminar. Setelah penayangan IEO Kaleidoskop selesai, acara dilanjutkan dengan sesi Sektoral yang dimoderatori oleh Andre Simangunsong selaku Kepala dari Mandiri Institute. Dalam sesi ini, terdapat tiga pembicara terkemuka yang masing-masing membahas sektor-sektor penting dalam perekonomian Indonesia: 

  1. Sektor Riil oleh Arsjad Rasjid – Chairman KADIN (Kamar Dagang Indonesia)
  2. Sektor Fiskal oleh Kristiyanto – Kepala Analis Kebijakan, Badan Kebijakan Fiskal
  3. Sektor Moneter oleh Dian Ayu Yustina – Kepala Departemen Penelitian Makroekonomi dan Pasar Keuangan Bank Mandiri

Dalam pembahasan sektor riil, Arsjad Rasjid selaku Chairman of KADIN (Kamar Dagang Indonesia), memaparkan visi dan strategi untuk mendorong pembangunan ekonomi menuju Indonesia Emas 2045. Ia menekankan bahwa Indonesia berada pada fase krusial dalam perjalanan menuju visi 2045, yang bertujuan mengangkat Indonesia keluar dari middle-income trap dan menjadi negara berpendapatan tinggi. Menurutnya, meskipun ekonomi Indonesia telah tumbuh stabil di angka 5% dalam beberapa tahun terakhir, upaya lebih besar diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang ideal, yaitu sekitar 8% per tahun demi mengakselerasi transformasi ekonomi secara menyeluruh.

  • Isu utama yang disoroti oleh Arsjad adalah fenomena deindustrialisasi prematur (premature deindustrialization), di mana sektor manufaktur yang seharusnya menjadi pilar ekonomi nasional justru mengalami penurunan signifikan. 
  • Indonesia mencatat skor ICOR 6,33 pada tahun lalu, jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga, menandakan bahwa investasi di Indonesia masih belum optimal dalam menghasilkan output ekonomi.
  • Arsjad juga menyoroti pentingnya transformasi tenaga kerja Indonesia. Berdasarkan data terbaru, mayoritas tenaga kerja kini berada di sektor jasa, menggantikan sektor pertanian yang mendominasi pada awal 2000-an. Namun, ia mengingatkan bahwa lonjakan langsung dari sektor agrikultur ke jasa tanpa melalui penguatan sektor manufaktur adalah pola yang tidak ideal untuk negara berkembang. Pola ini, menurutnya, justru memperburuk kerentanan kelas menengah dan daya saing ekonomi Indonesia.
  • Pentingnya pendidikan tinggi dan vokasi. 
  • Program seperti LPDP masih perlu diarahkan lebih strategis untuk memenuhi kebutuhan spesifik perekonomian. 
  • Kurangnya standarisasi dalam pendidikan vokasi, Pendidikan vokasi harus dilengkapi dengan sertifikasi yang diakui secara internasional untuk memastikan daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar global.

Sebagai bagian dari solusi, Arsjad menegaskan pentingnya peta jalan pembangunan yang komprehensif dan jangka panjang. 


Acara dilanjutkan dengan Pembahasan sektor fiskal oleh Kristianto selaku Lead Policy Analyst di Direktorat Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal, Kementerian Keuangan. Kristianto menjelaskan tentang bagaimana arah dan strategi kebijakan fiskal tahun ini dan tahun mendatang.  Kristianto menekankan perlunya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sembari menjaga stabilitas ekonomi dan keberlanjutan fiskal.

  • Pemerintah menargetkan pertumbuhan tahunan 6-8%.
  • Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar (misalnya batu bara, nikel, dan minyak). Meskipun demikian perlu dikelola secara strategis melalui pengolahan dan diversifikasi industri agar memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
  • Bidang pertumbuhan baru seperti industri halal, data center, dan sektor publik lainnya dilihat sebagai kontributor penting untuk pertumbuhan.

Kompleksitas kebijakan ekonomi dibahas, terutama terkait dengan bagaimana belanja pemerintah (G) berinteraksi dengan variabel makroekonomi lainnya (C, I, E, dan M).

  • Pendekatan pemerintah dalam mengelola harga barang energi, seperti BBM, solar, dan LPG, melalui subsidi bertujuan untuk melindungi daya beli masyarakat di tengah volatilitas harga energi global.
  • Penyesuaian harga energi, terutama solar dan listrik, mencerminkan tujuan yang lebih besar untuk menstabilkan inflasi dan ketidakstabilan ekonomi. Subsidi yang disediakan — seperti subsidi LPG dan listrik untuk rumah tangga berpendapatan rendah merupakan bagian dari upaya menjaga daya beli.

Kristianto menyoroti bahwa untuk mempertahankan target pertumbuhan, diperlukan intervensi strategis dalam ekosistem industri, terutama di sektor kendaraan listrik dan energi terbarukan.

  • Ia membahas insentif pajak yang dirancang untuk mendukung industri-industri seperti infrastruktur pengisian kendaraan listrik dan data center yang selaras dengan tujuan mendorong investasi domestik.
  • Strategi pemerintah seperti memungut ekspor kelapa sawit dan mendorong ekspor berperan penting dalam meningkatkan penerimaan valuta asing.

Kristianto menutup sesi dengan menekankan komitmen pemerintah untuk menjaga disiplin fiskal dan terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Beliau juga menekankan pentingnya mengembangkan industri bernilai tambah terutama dalam konteks transisi energi dan sumber daya terbarukan.


Acara dilanjutkan dengan pembahasan sektor moneter oleh Dian Ayu selaku Head of Macroeconomics and Financial Market Research di Mandiri Office of Chief Economist yang memaparkan berbagai isu strategis terkait kondisi perekonomian global dan domestik.

Faktor Utama yang Mempengaruhi Ekonomi Global

  • Akibat COVID-19 dan kenaikan harga komoditas akibat perang, inflasi meningkat secara global.
  • Konflik seperti perang Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina menyebabkan ketidakstabilan geopolitik.
  • Dedolarisasi oleh negara BRICS menghadapi ancaman tarif hingga 100%.

Dian menyoroti perbandingan ekonomi Amerika Serikat dan China. Dalam hal ini, Amerika Serikat berpotensi memiliki ekonomi yang kuat dikarenakan kebijakan proteksi perdagangan dan restriksi imigrasi. Di sisi lain, China menghadapi perlambatan ekonomi struktural akibat perubahan demografi (efek one-child policy). Adapun dampak terhadap ekonomi Indonesia;

  • Melemahnya ekonomi China dapat menyebabkan penurunan ekspor Indonesia.
  • Pelemahan ekonomi global berpotensi menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.
  • Yield obligasi Amerika Serikat meningkat sehingga likuiditas global mengetat.
  • Dana-dana dari pasar negara berkembang kemungkinan besar akan kembali ke Amerika Serikat.
  • Ketidakstabilan global dapat menghambat pengambilan keputusan Bank Indonesia terkait penurunan suku bunga.

Ekonomi Domestik Indonesia

  • Ekspansi fiskal dan moneter melalui penurunan suku bunga menjadi langkah utama untuk menjaga stabilitas ekonomi.
  • Ekonomi Indonesia didominasi oleh konsumsi dan investasi, tetapi daya beli masyarakat kelas bawah cenderung melemah.
  • Pemerintah mendorong hilirisasi dan reindustrialisasi untuk meningkatkan ekspor produk manufaktur.

Tantangan dan Solusi Kebijakan Ekonomi Indonesia

  • Pertumbuhan ekonomi Indonesia melandai sejak 2011 akibat menurunnya harga komoditas dan ekspor.
  • Pemerintah mendorong hilirisasi untuk mengurangi defisit current account dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
  • Untuk membiayai program utama pemerintah, diperlukan peningkatan penerimaan pajak.

Special Session: Prospek Batu Bara dan Tantangan Sektor Pertambangan Menuju Net Zero Emission 2060

Seminar dilanjutkan dengan special session oleh Pak Endang Sukmana, selaku CEO PT Jaringan Energi Nusantara, yang membahas prospek sektor batu bara di bawah pemerintahan baru dalam menghadapi tantangan global menuju net zero emission 2060. Meski dianggap energi kotor, batu bara tetap menjadi sumber energi murah dengan kontribusi 12% pada perekonomian. Ia menyoroti pentingnya reformasi regulasi dan sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha agar sektor tambang dapat berkontribusi optimal pada pertumbuhan ekonomi.

Multiplier Effect Sektor Pertambangan

  • Pertambangan, termasuk booming nikel di Sulawesi, menunjukkan dampak besar dalam menggerakkan ekonomi daerah.
  • Sektor pertambangan berfungsi sebagai penggerak utama ekonomi dengan dampak yang luas terhadap sektor lain.

Terakhir, Endang menjelaskan terkait dukungan untuk atmosfer usaha yang kondusif. Pemerintah diharapkan menciptakan iklim usaha yang lebih baik bagi sektor pertambangan. Kemudian, lingkungan usaha yang kondusif diharapkan mampu memaksimalkan kontribusi sektor tambang dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Berakhirnya special session ini menandai berakhirnya IEO’25 National Seminar. IEO ‘25 National Seminar resmi ditutup pada pukul 18.00 WIB.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *